Seseorang yang ada didalam foto dibawah ini adalah seseorang yang telah
berjasa besar dan memberikan sumbangsihnya untuk kota daerah kelahiran
saya, Subang. Dialah H.N.R Sutarmas, yang
menciptakan lagu Hymne Subang. Beliau wafat di Karawang, 17 September
2011. Dedikasi beliau semasa hidup ternyata masih dipandang sebelah mata
hingga akhirnya hidupya. Bahkan saat meninggal-pun tidak ada pejabat
'penguasa' Subang yang datang.
Walaupun seperti itu, saya sebagai
generasi penerus kota ini, sangat bangga terhadap beliau. Meskipun dia
telah melakukan sesuatu untuk Subang, Karawang, dan Bekasi dengan
mencipta lagu, tetapi beliau tidak pernah 'memaksa' Pemerintah untuk
memperhatikan dan mempedulikan beliau. Beliau tidak pernah meminta,
tetap rendah hati, dan memberikan dedikasi tanpa pamrih. Saya tidak bisa
melakukan hal yang lebih untuk abah. Yang hanya bisa saya lakukan
adalah memperkenalkan lagu ciptaan abah ini yaitu, Hymne Subang. Dan
mendo'akan abah semoga diterima disisi-Nya. Biarlah abah tidak
diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Tetapi, saya yakin jasa abah akan
selalu diingat oleh warga masyarakat Subang.
Jl. Raya Otista No. 01 Desa Gempol Kecamatan Pusakanagara Kabupaten Subang 41255 Email : pemdesgempol@gmail.com Telp.(0260) 7544281
Selasa, 13 Desember 2016
Kegiataan UAS Madrasah An-Nadzifa
LATAR BELAKANG SEJARAH DESA GEMPOL KECAMATAN PUSAKANAGARA KABUPATEN SUBANG
A.
MASA PRA SEJARAH
Berdasarkan pembuktian
sejarah sejak ribuan tahun yang lalu, daerah Gempol telah dihuni makhluk hidup
dengan tanda-tanda manusia pertama pada waktu itu.
B.
MASA HINDU
Pada zaman
Tarumanagara, Galuh dan Pajajaran. Didaerah Gempol sama dengan daerah lainnya
berada dibawah pengaruh Agama Hindu.
Di Gempol
pada zaman hindu ada sanghyang yang menjadi cikal bakal Desa Gempol yaitu
bernama Ki Gedeng Gempol yang pada zaman penyebaran Agama Islam, Ki Geudeng
Gempol pada waktu itu tidak mau masuk Agama Islam, yang akhirnya tilam di dalam
satu tempat dan ditempat itu tumbuh pohon, karena asing pohon tersebut lalu
dinamai pohon Gempol dan tempat mandinya disebut SUMUR AWISAN.
Disebut
Sumur Awisan karena semua penduduk sekitarnya mengambil air untuk keperluan
sehari-hari dari Sumur Awisan. Sumur Awisan tersebut meskipun kemarau panjang,
airnya tidak pernah surut sampai sekarang sehingga dianggap sumur keramat oleh
penduduk Gempol pada uumnya. Saking keramatnya nama Ki Geudeng Gempol dijadukan
nama desa yaitu Desa Gempol.
Sampai
sekarang dan sebagai rasa syukur, Pemerintahan Desa Gempol setiap tahunnya
selalu melaksanakan syukuran di sumur Awisan dengan menampilkan kesenian Topeng
dan Wayang Kulit yang menjadi tradisi adat budaya yang dilestraikan sampai
sekarang sebagai tanda syukur dan terima kasih.
C.
MASA IMPERIALISASI BARAT
Dengan runtunya kerajaan
Pajajaran, daerag gempol sama dengan daerah lainnya yang menjadi rebutan penguasa kerajaan Mataram, Banten, VOC,
Inggris dan Belanda.
Menurut cerita sejarah
dari orang tua terdahulu, pada saat itu kerajaan Mataram dengan ±1000
prajuritnya akan ke Batavia untuk perang melawan tentara VOC melalui jalan laut
dan mengendarai Prahu Kencana yang dipimpin oleh Ki Kuwu Sangkan, Santen Sari,
Tuan Hideung dan embah begu.
Di daerah pantai utara
ada kali yang bercabang yang sekarang disebut Kali Cabang atau KALEN CABANG,
dan ki Kuwu Sangkan dengan prajuritnya dihadang oleh tentara VOC, lalu parjurit
Mataram yang sebanyak ± 1000 orang kembali kearah Timur. Karena takut dimarahi
oleh Sultan, maka tentara Mataram terjun ke kali yang sekarang dikenal
dengan KALI SEWO,
artinya Kali Sewu ( 1000 ). Sementara itu Ki Kuwu Sangkan dengan perahu
kencananya kabur melalui Kali Cabang ( Kalencabang ) dan sampai di Gempol dan
kali yang dilaluinya dikenal sampai sekarang yaitu KALI MATARAM.
Pada masa Imperialis
Barat sekitar tahun 1808, Gempol termasuk wilayah dengan jumlah desa sebanyak ±
50 desa, jumlah penduduk sekitar ±
6705 jiwa dikuasasi oleh P&T. Dan pada tahun 1808 penduduk Gempol
mengangkat pemimpin rakyat sebagai kuwu perintis yaitu Kuwu SANTEP dan pada
hari itu pula dijadikanlah hari jadi DESA GEMPOL.
D.
MASA GERAKAN NASIONAL & KEMERDEKAAN
KUWU SANTEP adalah
sebagai Kuwu Perintis yang memerintah dari Tahun 1808 s/d Tahun 1833, dan
diteruskan oleh KUWU SARYA, yang termasuk Kuwu Perintis sampai dengan tahunj
1868 dan kemudian dilanjutkan oleh KUWU SEMIN samapai dengan Tahun 1873. Karena
Kuwu Semin sakit dan meninggal dunia, maka selanjutnya pada tahun 1883
Pemerintahan Desa Gempol di pegang oleh Kuwu sarya, yang menjabat kedua
kalinya, dan pada tahun 1883 selang satu
bulan kemudian selajutnya diganti oleh Kuwu Perintis ANDRIS sampai dengan tahun
1908, Kemudian berturut-turut Desa Gempol dipimpin oleh Kuwu Perintis
ARTEWI/MARWAH sampai dengan tahun 1939, Kuwu Perintis ARTA WIJAYA/Kuwu JAPUH
sampai dengan Tahun 1944, dan pada waktu itu dipilih Kuwu M. REJA DIBRATA BIN
MARWAH, yang pertama menjadi Kuwu Depinitif, karena M. Reja Dibrata ikut
berjuang mengusir penjajah serta ikut perang gerilya , maka untuk mengisi
kekosongan Pemerintahan ditunjuklah Kuwu ESJA/ERNA yang menjabat sampai dengan
tahun 1948. Dan setelah Kuwu M. Reja Dibrata kembali ke Desa Gempol, maka
Pemerintahan desa dipegang kembali oleh M. Reja Dibrata samapai dengan tahun
1958.
Pada tahun 1959-1960
ditunjuklah SUHARI/ARNA untuk memerintah Desa Gempol, baru pada tahun 1960 diadakan Pemilihan Kuwu
dan pada waktu itu dimenangkan oleh Kuwu M. DASKAM.
Pada tahun 1976 Balai
Desa Gempol direhab oleh Kuwu M. Daskam, karena kekurangan dana, maka Kuwu
Daskam memakai dana Bimas untuk menyelesaikan Balai Desa Gempol, tetapi karena
dianggap menyelewengkan dana Pemerintah, maka sebagai pertanggung jawabannya
Kuwu M. Daskam dipenjara di LP Subang selama 2 Tahun, dan pada tahun 1977 di
tunjuk R. A. Zaenudin sebagai
PJS Kades Gempol sampai dengan tahun tahun 1978.
Pada tahun 1978 diadakan
Pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh beberapa calon Kades diantaranya yaitu
: 1. R.A. ZAENUDIN,
2. M. MA’MOERI, 3. SUHARJO, dan yang ke 4. TOTO. Pemilihan Kepala Desa
tersebut dimenangkan oleh R.A. ZAENUDIN dengan masa jabatan tahun 1978 sampai
dengan tahun 1988. Untuk periode berikutnya kemudian diadakan lagi Pilkades
pada tahun 1988 dengan calonnya yaitu : 1. NAWENDI, 2. UJANG CECE,
dan 3. KARTAWI. Dari Pilkades tersebut lalu dimenangkan oleh NAWENDI yang
menjabat dari tahun 1988 s/d tahun 1998. Karena sesuatu hal yang menyangkut
keuangan desa, maka Kades Nawendi berhenti dan untuk mengisi kekosongan
terhitung 18 – 4 – 1998 ditunjuk S.Upendi menjadi PJS Kades,tahun 1998 diadakan
pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh kontestan : R.abud Syahbudin,Kartawai
dan Karta Sonjaya.pilkades tersebut diatas dimenangkan oleh R.Abud Syahbudin
yang kemudian resmi serta dilantik oleh Bupati Subang,untuk masa jabatan selama
8 tahun terhitung dari tahun 1998 s/d 2006.
Setelah habisnya masa jabatan
R.Abud Syahbudin,kemudian pada tahun 2006 diadakan pemilihan Kepala Desa
dengan kontestan sebanyak 2 orang diantaranya saudara Karta Sonjaya dan saudara
Sanudi.pada pemilihan Kepala Desa tahun 2006,dimenangkan oleh Saudara Karta
Sonjaya yang kemudian resmi dilantik oleh Bupati Subang dengan masa jabatan
selama 5 tahun.namun baru saja menjabat selama 1 tahun dari tanggal 4 Januari
2006 s/d 2 Januari 2008,Kepala Desa Terpilih Karta Sonjaya meninggal dunia
karena kecelakaan lalulintas.yang kemudian berdasarkan rapat anggota BPD serta
kebijakan Camat Pusakanagara memutuskan mengangkat suadari Nurjanah istri dari
saudara Karta Sonjaya (Almarhum) utnuk meneruskan masa pemerintahan selama 6
bulan terhitung dari tanggal 25 Maret 2008 s/d 25 September 2009.
Untuk menjalankan roda pemerintahan di desa Gempol kemudian pada bulan
Agustus 2008 diadakan pemilihan Kepala Desa yang diikuti oleh 2 orang kontestan
yaitu saudara SANUDI dengan nomor urut 1 lambang gambar pisang dan saudara
FARID EL GHOZALI dengan nomor urut 2 lambang gambar mangga dan dimenangkan oleh
Saudara SANUDI yang kemudian resmi dilantik oleh Bupati Subang untuk masa
jabatan 5 tahun, serta mulai menjalankan tugasnya pada tanggal 26 Oktober 2008
sampai sekarang.
Demikian sekilas sejarah Desa Gempol,dibuat untuk dijadikan sebagai
bahan pengetahuan bagi generasi muda penerus pemerintahan Desa Gempol dan
semoga bermanfaat.
E.
LEGENDA DESA
1.
Pada zaman dahulu penduduk pribumi tidak berani ziarah
ke mekah, karena takut terjadi apa-apa. Semuanya itu diakibatkan kuatnya pengaruh
ki Geudeng Gempol yang beragama Hindu, namu pada zaman sekarang karena banyak
warga pendatang yang banyak memberikan pengertian serta memberikan contoh yang
baik, akhirnya seiringan dengan waktu lembat laun warga Desa Gempol banyak
memahani tentang ajaran Agama Islam, terlihat cukup banyak warga Desa Gempol
yang telah naik haji.
2.
Setiap tahun penduduk Desa Gempol setiap akan
melakukan pengolahan sawah, selalu mengadakan upacara ritual dengan mengadakan
sedekah Ruat Bumi sebagai tradisi adat dimana pada acara tersebut kepala hewan
dipersembahkan ditengah-tengah masyarakat yang berkumpul, yang kemudian
ditanamkan diperempatan jalan desa dengan diiringi dengan do’a, yang mana semua
itu sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan YME serta sebagai ungkapan terima kasih
kepada leluhur Gempol.
3.
Bilamana terjadi peristiwa yag luar biasa atau
marabahaya, misalnnya ada wabah penyakit, bencana alam, warga Gempol selalu
melakukan tradisi adat upacara ritual Baritan ditengah-tengah dusun dengan
membaca do’a Tolak bala supaya terhindar dari marabahaya tersebut.
4.
Apabila akan memulai melaksanakan niatan, misalnya
akan membangun rumah, melaksanakan hajatan perkawinan atau Khitanan,dan
sebagainya, warga Gempol selalu mencari perhitungan hari yang baik kepada orang
yang dituakan di kampung serta ziarah ke makam leluhur , tujuannya supaya acar
tersebut berlangsung dengan baik dan selamat.
5.
Apabila ada orang yang meninggal dunia, sebelum
jenazah disung ke pemakaman, keluarga dan kerabatnya suka melangsungkan trades
NGOLONG atau berjalan dibawah usungan selama 3 putaran. Tujuan sebagai tanda
penghormatan terakhir.
SEJARAH PEMBANGUNAN
DESA
TAHUN
|
KEJADIAN
YANG BAIK
|
KEJADIAN
YANG BURUK
|
ABAD XVI
Tahun
1808
Tahun
1942
Tahun
1945
Tahun 1957
Tahun
1959
Tahun
1960
Tahun
1962
Tahun
1965
Tahun
1972
Tahun
1975
Tahun
1975
Tahun
1975
Tahun
1975
Tahun
1977
Tahun
1977
Tahun
1978
Tahun
1980
Tahun
1982
Tahun
1983
Tahun
1988
Tahun
1992
Tahun
1995
Tahun 1996
Tahun
1998
Tahun
1998
Tahun
1999
Tahun
2007
Tahun
2007
Tahun
2007
Lanjutan
Tahun
2008
Tahun
2008
Tahun
2008
Tahun
2008
Tahun
2009
Tahun
2009
Lanjutan
Tahun
2009
Tahun
2009
Tahun
2009
|
-
Mulai
adanya Pemerintahan Desa dan sebagai Kuwu Perintis yaitu Kuwu SANTEP dan pada
Tahun 1808 dijadikan HARI JADI DESA GEMPOL
Penjajah
Belanda diusir oleh Jepang dari Indonesia termasuk Belanda yang berada di
Desa Gempol
INDOESIA
MERDEKA Tanggal 17 Agustus 1945, yang di Proklamasikan oleh Bung Karno dan
Bung Hatta
- Didirikan
SDN Gempol
- Mulai
ada pengairan teknis
Pada saat Pemerintahan M. REJA DIBRATA, dibuka terobosan Kali Genteng
Pemilihan Kepala Desa diikuti oleh : M. DASKAM dan SUHARI dan
dimenangkan oleh M. DASKAM
Rakyat Gempol diharuskan pagar betis
Meletus G. 30. S. PKI
Pemilu diselenggarakan dan diikuti oleh Parpol : PPP, Golkar dan PDI
Perbangunan jalan Pusakaratu ke Gempol yang tadinya melalui jalan
Bedeng, dialihkan ke jalan yang sekarang
Dibangun 2 buah SD/Infres
Dibangun jembatan Kali genteng, di kerjakan gotong royong oleh 3 desa,
yaitu : Desa Gempol, Desa Rancadaka dan Desa Pusakaratu
Balai Desa Gempol yang dibangun oleh Kuwu Perintis direhab kembali
oleh Kuwu Daskam
Pemerintah desa dijabat sementara oleh R.A. Zaenudin
Penyelenggaraan Pemilu diikuti oleh Parpol : PPP, Golkar, PDI
Diselenggarakan Pilkades diikuti oleh : R.A. ZAENUDIN, TOTO, dan
SUHARJO. Dimenangkan oleh R.A. ZAENUDIN
Ada kejadian luar biasa di Desa Gempol
Penyelenggaraan Pemilu di ikuti oleh Parpol : PPP, Golkar, PDI
Mulai ada listrik masuk Desa Gempol
Pilkades Desa Gempol di ikuti oleh : NAWENDI, CECE dan KARTAWI.
Dimenangkan oleh NAWENDI
Penyelenggaraan Pemilu diikuti oleh Parpol : PPP, Golkar, PDI
Mulai ada Bidan masuk Desa Gempol
Jalan Pusakanagara-Gempol di aspal
Kepala Desa Gempol di jabat sementara oleh S. UPENDI. Selama 5 Bulan
Pikades Desa Gempol Di ikuti oleh
R. ABUD SYAHBUDIN, KARTAWI, KARTA SONDJAJA. Di menangkan oleh R. ABUD
SYAHBUDIN
Pemilu di ikuti oleh 48 Parpol
Pilkades Desa Gempol di ikuti oleh SANUDI dan KARTA SONDJAJA, di
menangkan oleh KARTA SONDJAJA
Pembangunan Mesjid Jamie Al-Barokah yang baru
Di bangun tambak limpas non permanen di RT 14 Blok kebon secara gotong
royong
Pilkades Desa Gempol di ikuti oleh FARID EL GHOZALI, di menangkan
oleh
SANUDI
Tanggal
13-04-2008 di selenggarakan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat,
dengan kontestan :
1.
pasangan H. DANNY SETIAWAN dan IWAN. R. SULANJANA
2.
Pasangan AGUM GUMELAR dan Drs. NU’MAN ABDUL HAKIM
3.
pasangan H. AHMAD HERYAWAN dan H. DEDE YUSUP. Di menangkan oleh pasangan No.
1 ( satu )
Tanggal
26-10-2008 diselenggarakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Subang dengan
kontestan :
1.
pasangan Drs. EEP HIDAYAT dan OJANG SOHANDI
2.
pasangan Hj. IMAS ARYUMNINGSIH dan PRIMUS YUSTISIO
3.
Pasangan H. KUSBINI dan H. SRI ERNANTO KUKUH
4.
pasangan Drs. BAMBANG HERYANTO dan Hj. ALMA LUCYATI
5.
pasangan K.H. AHMAD DJUANDA dan Ir. NANDANG SUDRAJAT
6.
pasangan DIDING KURNIAWAN dan H. HASYIM. Di menangkan oleh pasangan calon No.
1
Tanggal
9-04-2009 diselenggarakan Pemilu Legislatif, diikuti 44 Partai Politik dan
pemenang tingkat Nasional dimenangkan oleh Partai Demokrat, Pemenang tikat
Kabupaten Subang dimenangkan oleh Partai PDI P.
Tanggal
8-07-2009 diselenggarakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan Calon :
1.
pasangan Megawati Sukarno Putri dan H. Prabowo Sibuianto
2.
Pasangan Drs. H. Susilo Bambang Yudoyono dan Prof. Dr. Boediono
3.
Pasangan H.M. Jusuf Kalla dan H. Wiranto. Dimenangkan oleh pasangan calon
nomor 1
Tanggal
17-08-2009 Desa Gempol menjadi juara umum dalam perlombaan memeriahkan HUT RI
ke 64 tingkat Kecamatan Pusakanagara
Tanggal
17-08-2009 Desa Gempol dijtetapkan menjadi Desa Mandiri Gotong Royong
Desa
Gempol berhasil mengatasi kekeringan sawah pertanian dan bisa panen dengan
hasil yang cukup memuaskan
|
Bangsa
Indonesia dijajah Belanda termasuk Desa Gemol, rakyat menderita dan banyak
yang kelaparan
Rakyat
masih tertindas oleh penjajah
Rakyat
tetap tertindas dengan kewajiban menjadi Romusna banyak yang mati dan
kelaparan
Belanda
dating lagi ke Indonesia termasuk Desa Gempol, tetapi diusir oleh para
pejuang kita
Zaman
gerombolan Karto Suwiryo, rakyat banyak yang dirampok dan merasa tidak aman
Banyak
rakyat Gempol yang terlibat dan menjadi korban
Kuwu
daskam terlibat penyelewengan uang Bimas yang digunakan untuk Rehab desa dan
dipenjara 2 Tahun
-
Kemarau panjang
-
Tanaman padi puso ( gagal panen karena
kekeringan dan hama wereng )
-
Paceklik panjang
Awal
Januari Kades KARTA SONDJAJA Meninggal
dunia karna kecelakaan lalulintas, sebagai PJS istrinya NURJANAH menjabat
selama 6 bulan
|
No
|
Hal-hal
yang menyebabkan Kegagalan
|
No
|
Hal-hal
yang menyebabkan Keberhasilan
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Rakyat
Gempol pada Zaman penjajahan sangat tertindas tidak bebas mengadakan
aktivitas yang sifatnya membangun desa, hanya dibolehkan untuk kepentingan
penjajah
Akibat
dari hal-hal diatas, rakyat gempol terpecah belah tidak ada persatuan dan
kesatuan
Zaman DI
TII Karto Suwiryo dan meletusnya G. 30. S. PKI rakyat gempol banyak yang
terlibat dan pembangunan terhambat
Kemarau
panjang dan hama meraja lela, sehingga para petani gagal panen dan terjadi
paceklik panjang
Dalam
masa pembangunan dialam kemerdekaan, masih ada kejadian-kejadian :
a)
Keamanan masih rawan karena terdesaknya factor ekonomi dan SDM
yang masih rendah
b)
Masih adanya kenakalan remaja ditempat
hiburan, hal ini disebabkan Karen bebasnya penjualan Miras di Desa Gempol
c)
Pasokan air untuk areal pesawahan ke Desa
Gempol masih sangat kurang, sehingga para petani saling berebutan untuk mendapatkan
giliran air
|
1.
2.
3.
|
Setelah
di Proklamasikan tahun 1945 rakyat gempol mulai merintis pembangunan
Berkat
adanya persatuan dan kesatuan, rakyat gempol bias mengatasi G. 30. S. PKI dan
gerombolan Karto Suwiryo
Berkat
adanya penyuluhan pertanian dan tersedianya bibit unggul dan juga pengairan
yang teratur, kegagalan panen sedikit demi sedikit mulai teratasi
Berkat
adanya ABRI masuk desa, keamanan bias ditekan melalui :
Ø Adanya
sosialisasi melalui ceramah agama dan terbukanya pendidikan sekolah,
kenakalan remaja Nampak berkurang
Ø Dengan
pengaturan Mitra cai pengaturan giliran air dapat dikendalikan dengan teratur
Adanya semangat untuk membangun gotong royong serta peran serta
Pemerintah dalam penyuluhan, maka dapat dilihat hasil pembangunan telah dapat
dirasakan manfaatnya, salah satunya :
1.
Pembangunan Mejis Al-Barokah yang baru
2.
Pembangunan tambak limpas non permanen
3.
Pembangunan drainase
4.
Dll.
|
Minggu, 11 Desember 2016
Sejarah Subang
Museum Wisma Karya ( Ikon Kota Subang ) |
Kabupaten Subang,
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Subang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten
Bandung di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di
barat.
Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten
Subang terbagi menjadi 30 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 245 desa
dan 8 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Subang.
Kabupaten ini
dilintasi jalur pantura, namun ibu kota Kabupaten Subang tidak terletak
di jalur ini. Jalur pantura di Kabupaten Subang merupakan salah satu
yang paling sibuk di Pulau Jawa. Kota kecamatan yang berada di jalur ini
diantaranya Ciasem dan Pamanukan. Selain dilintasi jalur Pantura,
Kabupaten Subang dilintasi pula jalur jalan Alternatif Sadang
Cikamurang, yang mlintas di tengah wilayah Kabupaten Subang dan
menghubungkan Sadang, Kabupaten Purwakarta dengan Tomo, Kabupaten
Sumedang, jalur ini sangat ramai terutama pada musim libur seperti
lebaran. Kabupaten Subang yang berbatasan langsung dengan kabupaten
Bandung disebelah selatan memiliki akses langsung yang sekaligus
menghubungkan jalur pantura dengan kota Bandung. Jalur ini cukup nyaman
dilalui dengan panorama alam yang amat indah berupa hamparan kebun teh
yang udaranya sejuk dan melintasai kawasan pariwisata Air panas Ciater
dan Gunung Tangkuban Parahu
Penduduk Subang
pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai
bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir
penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon).
MASA PRA-SEJARAH
Peninggalan Prasejarah di Subang |
Bukti adanya
kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang
adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden,
Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah
bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten
Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor
pertanian dengan pola sangat sederhana. Selain itu, dalam periode
prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai
dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Kecamatan Sagalaherang. Para
peneliti, sekarang sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, yang diduga
asal-muasal nama "Subang".
MASA PENYEBARAN AGAMA HINDU-BUDHA
Pada saat
berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi
bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama
berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang
diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim
hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan
keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad
ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah
yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah
Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires
seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara
menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah
timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.
hal ini tampak
dengan ditemukannya berbagai perhiasan dan peralatan yang berasal dari
luar negeri, seperti beragam keramik dari China dan Thailand. Penyebaran
agama Hindu – Budha di Subang dapat ditelusuri dari berbagai
peninggalan seperti patung Nandi (Lembu) hasil temuan di Cipancar,
Sagalaherang, patung Dewa Siwa (Maitreya) yang ditemukan di Patok Beusi
dan berbagai peralatan dari logam / kuningan yang biasanya digunakan
pada masa Hindu – Budha.
Gbr. Bokor , Bejana & Patung Dewa Siwa |
Gbr. Patung Nandi ( Lembu ) |
MASA PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Makam Aria Wangsa Goparana ( Kec. Sagalaherang ) |
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana
yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa
Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan Agama
Islam ke berbagai pelosok Subang.
Bukti peninggalan sejarah masa penyebaran Agama Islam di subang di antaranya :
Gbr. Kitab Suci Al-Qur'an Kuno |
Gbr. Keris Wali Songo |
MASA PENJAJAHAN BELANDA
Wisma Karya Tahun 1931 |
Wisma Karya Tahun 1931 ( Tanpa patung Hofland ) |
Rumah Sejarah Kalijati |
Kantor Pamanoekan N'Tjiasem Lands ( skrg Subang Plaza ) |
Pasca runtuhnya
kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P.
Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten,
Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya
menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan
perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik
Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara,
dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang
Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan
Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram
dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden,
Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara
turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816)
konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa.
Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah
yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en
Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan
sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan
Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai
212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di
daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi
onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang
kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di
Subang. Sekitar tahun 1840 Hofland menjadi salah satu pemilik tanah P
& T Lands. Pada tahun 1858 seluruh tanah partikelir P & T Lands
menjadi miliknya. Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan
kekuasaan untuk mengankat pejabat pemerintah partikelir yang di sebut
Demang pada tanggal 18 Agustus 1858. Dengan demikian Subang di bagi
menjadi 8 Kademangan saat itu, yaitu kademangan Batu Sirap (Cisalak),
Ciherang (Wanareja), Sagalaherang, Pagaden, Pamanukan, Ciasem, Malang
(Purwadadi) dan Kalijati. Dalam upaya untuk mengeklusifkan diri di tanah
jajahan, Hofland kemudian mendirikan gedung yang diberinama Societiet
(Wisma Karya sekarang). Sekitar tahun 1929 gedung ini direnovasi dan
diresmikan oleh Mrs. W.H. Daukes. Awalnya gedung ini didirikan sebagai
tempat bersosialisasi para pejabat P & T Lands, tempat pertunjukan,
tempat bilyard, bowling dan golf. Benda peninggalan sejarah pada masa pendudukan Belanda selain gedung-gedung di atas tadi ada diantaranya :
Senjata dan alat-alat Perang |
Patung Hofland ( dulunya dpn Wisma Karya ) di buat thn 1878 |
Lukisan kota Subang tempo dulu (1) |
Lukisan kota Subang tempo dulu (2) |
MASA NASIONALISME
PNI SUBANG didirikan Tahun 1930 |
NU CABANG SUBANG didirikan Tahun 1935 |
Tidak banyak
catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang.
Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di
Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap
(Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928
berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor
pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T
Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan
pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas
percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng
Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng
Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia
yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935
mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan
Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta
menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar
GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI
Pusat.
MASA PENJAJAHAN JEPANG
Seragam Tentara Jepang ( masa Penjajahan ) |
Tentara Jepang |
Tentara Jepang |
Slogan Penjajahan Jepang : 3 A |
Pendaratan tentara
angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942
berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya
pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan
Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara
Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda
di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para
pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui
gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru
Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara
Jepang.
MASA KEMERDEKAAN INDONESIA
Pengibaran sang Saka Merah-Putih ( 17 Agustus 1945 ) |
Proklamator RI : Soekarno-Hatta |
Proklamasi
Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan
perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API,
Pesindo, Lasykar buruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan
perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL
kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui
dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri
dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang.
Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi
perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur
Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946
diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya.
Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa
gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh
meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para
pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan
Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara
meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan
Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke
wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5
April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat
memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang
berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur
menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta
Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat
dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah
wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu,
kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibu kotanya
Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada Tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No: 01/SK/DPRD/1977. Secara Aklamasi R. Atju Syamsudin
diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Purwakarta di Subang.
Pelantikan Atju dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 1967. Namun setelah
dikeluarkannya UU. No. 4 Tahun 1968 yang membagi Kabupaten Purwakarta
menjadi dua, yaitu Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang. R. Atju
Syamsudin otomatis menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Subang pertama
pada Masa Orde Baru.
Berdasarkan
Undang-undang No. 4 tahun 1968, Kabupaten Purwakarta, yang dibagi
menjadi dua kabupaten yaitu, Kabupaten Purwakarta & Kabupaten
Subang. Berikut ini adalah daftar bupati yang pernah menjabat di
Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Inilah Bupati Subang dari masa ke masa :
Bupati Subang dari masa ke masa |
Lambang Kabupaten Subang Moto: Karya Utama Satya Nagara, Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju | |
Kebun Teh Ciater, Curug Cijalu, Gedung Wisma Karya, Alun-alun & Masjid Agung, Rumah Dinas Bupati Subang | |
Peta lokasi Kabupaten Subang Koordinat: 107” 31’ - 107” 54’ bujur timur dan 6” 1’ - 6” 49’ lintang selatan | |
Provinsi | Jawa Barat |
Hari jadi | 5 April 1948[1] |
Dasar hukum | Undang-undang No. 4 Tahun1968 |
Ibu kota | Subang |
Pemerintahan | |
- Bupati | H.Ojang Sohandi, S.S.T.P., M.Si. |
- DAU | Rp. 1.032.567.532.000.-(2013)[2] |
Luas | 2.051,76 km2 |
Populasi | |
- Total | 1,501,647 jiwa (2012)[3] |
- Kepadatan | 0 jiwa/km2 |
Demografi | |
- Kode area telepon | 0260 |
Pembagian administratif | |
- Kecamatan | 30 |
- Kelurahan | 245/8 |
- Situs web | www.subang.go.id |
IKLIM
Tingkat kemiringan dan Iklim dilihat dari tingkat kemiringan lahan, sekitar 80.80 % wilayah Kabupaten memiliki tingkat kemiringan 0° - 17°, 10.64 % dengan tingkat kemiringan 18° - 45° sedangkan sisanya (8.56 % memiliki kemiringan di atas 45 °. Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis, dalam tahun 2005 curah hujan rata-rata pertahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari. Dengan iklim yang demikian, serta ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai, menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang digunakan untuk Pertanian.
GEOGRAFI
Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah Kabupaten Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun perkebunan rakyat, hutan dan lokasi Pariwisata. Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan dibidang pertanian dan pabrik-pabrik dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah Kabupaten Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta pantai.
TOFOGRAFI
Berdasarkan tofografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 zona, yaitu :
Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan)
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.
Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah)
Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.
Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara)
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
TRANSFORTASI
Kabupaten Subang dilewati jalur utama pada wilayah Utaranya dan dimanfaatkan juga sebagai jalur alternatif untuk ke Bandung, Cirebon atau Tasikmalaya. Lintas Subang - Bandung melalui Kalijati semakin diminati para pengemudi karena jalannya yang halus dan bebas hambatan apalagi setelah dibukanya Gerbang Tol Keluar di daerah Sadang. Persimpangan Jalancagak merupakan persimpangan strategis karena dari persimpangan tersebut dapat menjangkau Bandung - Sumedang - Sadang melalui Wanayasa dan Kota Subang sendiri. Bila dilihat dari pola jaringan jalan yang ada, aksesibilitas jaringan jalan di kabupaten subang bersifat sentris, dimana pergerakan antar wilayah yang berseberangan akan melewati ibu kota Kabupaten Subang yang berada pada pusat wilayah kabupaten subang secara keseluruhan. Hal ini sebenarnya merupakan potensi positif bagi kota subang sebagai pusat dari CBD kabupaten subang dalam upaya pengembangan daerah, namun disisi lain akumulasi dampak negatif muncul ketika tingkat pengelolan jaringan jalan sebagai aksesibilitas pergerakan relatif rendah juga faktor kondisi prasarana jalan dibeberapa segmen ruas jalan di kota yang masih dalam kondisi rusak secara strukural. masih kurang nya apresiasi masyarakat sekitar terhadap tingkat kinerja aksesibilitas yang dimiliki akan berdampak negatif terhadap pengembangan daerah secara keseluruhan, hal ini terlihat pada tingkat kepedulian masyarakat terhadap kondisi jaringan jalan bilamana jalan tersebut dalam keadaan butuh perbaikan masih relatif rendah, ditambah lagi dengan upaya penanganan pemerintah daerah yang dinilai sangat lamban terhadap kondisi serupa. Tema "Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju" diharapkan akan menjadi pemicu semangat Pemerintah Daerah sebagai pengelola sekaligus warga subang secara keseluruhan dalam merealisasikan cita-cita luhur Kabupaten Subang khususnya dalam upaya pengelolaan di atas. Secara kuantitas maupun kualitas, kondisi angkutan umum di kota subang belum mampu mengakomodir mobilitas masyarakat subang, hal ini disebabkan keterbatasan trayek/rute dari angkutan kota yang belum menjangkau kawasan padat penduduk secara keseluruhan yang mendorong masyarakat lebih memilih untuk menggunakan sarana transportasi pribadi dibandingkan angkutan umum. Efek negatif dari kondisi tersebut sudah terlihat, dimana pada beberapa ruas khususnya jalan pemukiman intensitas kemacetan menjadi lebih tinggi. hal ini perlu perhatian lebih serius guna mengantisipasi situasi yang lebih parah lagi di kemudian hari. Dengan belajar dari daerah lain yang jauh lebih maju, konsekuensi dari kondisi ini akan mahal harganya jika tidak ditangani sejak dini.
PENDUDUK
Penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2012 berjumlah 1.501.647 orang, yang terdiri atas 759.408 orang laki-laki dan 742.239 orang perempuan dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,64%. sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk antar Sensus (SP2000-SP2010) rata rata pertahun sebesar 0,97%. Dengan luas Kabupaten Subang sebesar 2051,76 km2, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2012 mencapai 732 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Subang masih relatif rendah, merupakan indikasi bahwa Kabupaten Subang bukan merupakan daerah tujuan urbanisasi. Kebijakan pemerintah yang memposisikan Kabupaten Subang sebagai salah satu lumbung padi Jawa Barat, juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk serta kepadatan penduduk di wilayah ini. Penduduk berjumlah besar sekaligus berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun penduduk yang berjumlah besar tanpa diupayakan pengembangan kualitasnya akan menjadi beban bagi pembangunan yang seharusnya dinikmati oleh keseluruhan penduduk tersebut. Penduduk Subang pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon)
Pertumbuhan penduduk selalu dipengaruhi oleh faktor tingkat kelahiran/kematian dan migrasi (perpindahan penduduk antar kabupaten). Untuk menghindari permasalah yang kompleks akibat tingginya kepadatan penduduk maka pengendalian penduduk melalui berbagai cara yang tepat tentunya harus dilakukan. Laju urbanisasi yang tinggi yang mengakibatkan permasalahan sosial di daerah perkotaan juga harus ditekan, karena selain menimbulkan masalah sosial di daerah perkotaan, urbanisasi juga meninggalkan ruang kosong dipedesaan (banyak lahan garapan yang tidak tergarap secara optimal dan berkurangnya sumber daya manusia berkualitas di pedesaan).
Tahun Jumlah penduduk
2000 1.329.838
2010 1.465.157
2012 1.501.647
Sumber : Kependudukan di Kabupaten Subang
PEREKONOMIAN
Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan utama sebagai petani dan buruh perkebunan, maka perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan Kebun Teh yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita temui di sepanjang Jalancagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa - Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas, keripik singkong dan selai yang merupakan hasil home industry yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh.
Melalui program binaan dibawah naungan Yayasan Kandaga, para petani sedang membudidayakan jamur tiram dan perikanan di desa Cipunagara. Sedangkan di desa Cibogo, selain membudidayakan jamur tiram dan tanaman hias serta tanaman nilam, Yayasan Kandaga juga menggalakkan ternak kelinci dan penyulingan minyak nilam serta bioetanol. Dan saat ini sedang diupayakan untuk membudidaya ternak kelinci, budidaya ternak lele bagi masyarakat yang memiliki sosial ekonomi kurang beruntung yang terlibat di dalam Program Kesetaraan (Program Paket B) dan Keaksaraan (PBH=Pemberantasan Buta Huruf) dalam rangka menggali dan mengembangkan sumber daya lokal baik SDM maupun SDA yang ada serta untuk melestarikan budaya bangsa dan mengembangkan wisata budaya wisata agro sebagai aset bangsa khususnya di daerah tutugan G. Canggah yang berada diketinggian 1600 mdpl dengan dikelilingi panorama yang sangat mengagumkan. Sebagai akselerasi dan penggerak program di atas, Yayasan Kandaga membuat suatu pusta pelatihan dan Pemberdayaan masyarakat yang disebut PLPM Haur Kuning (Pusat Latihan dan Pemberdayaan Masyarakat "Hayu Urang Kumpul Ningkatkeun Elmu"). Hingga saat ini sudah seringkali dikunjungi dari negara Amerika Serikat, Korea Selatan/Korea Utara dan Jerman, termasuk dari tim akademisi perguruan tinggi lokal serta para praktisi dari seluruh Indonesia dari Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Non-Formal)
PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan. karena pelaksanaan pembangunan tidak cukup mengandalkan kepada sumber daya alam (SDA) saja, tetapi juga harus meningkatkan sumber daya manusianya (SDM). Suatu wilayah yang mempunyai kepadatan yang tinggi tanpa dibarengi dengan mutu SDM yang tinggi maka akan menimbulkan kerawanan sosial atau bahkan penduduk tersebut akan menjadi beban pembangunan. Jalur yang paling realistis untuk meningkatkan SDM adalah jalur pendidikan. Sejak tahun 1994 Pemerintah telah melakukan kebijakan untuk perbaikan dunia pendidikan yaitu dengan dicanangkannya Program Wajib Belajar sembilan tahun. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang menggembirakan karena kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang setinggi – tingginya bagi seluruh rakyat semakin terbuka. Perkembangan mutu pendidikan penduduk Kabupaten Subang salah satunya dapat dilihat dari kemampuan baca/tulis, pendidikan yang ditamatkan dan lain-lain.
Dari hasil survei IPM tahun 2012 dapat diperoleh gambaran bahwa penduduk 10 tahun ke atas di Kabupaten Subang yang dapat membaca dan menulis huruf latin sebesar 91.43%, huruf lainnya 0.27%, sedangkan yang tidak dapat membaca dan menulis sebesar 8.30&. Bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kabupaten Subang masih terbesar di tamatan SD/MI sebesar 39.25%, SLP/MTs sederajat 19.48%.
Pendidikan formal :
*SD atau MI negeri dan swasta : 850 Gedung Sekolah
*SMP atau MTs negeri dan swasta : 81 Gedung Sekolah
*SMA, SMK atau MA negeri dan swasta : 38 Gedung Sekolah
*Perguruan tinggi : 4 Gedung Universitas
KESEHATAN
Mewujudkan masyarakat yang sehat, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan nasional. Adanya keterbatasan dana, sarana, dan prasarana pemerintah, dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan disusun berdasarkan prioritas-prioritas utama yang akan dicapai. Karena itu hasilnya mungkin tidak dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Subang telah melakukan berbagai macam upaya dalam melakukan peningkatan kesehatan masyarakat. Terutama peningkatan kesehatan masyarakat miskin dengan pemberlakuan Jamkesmas, Jamkesda, dan jaminan lainnya
PARIWISATA
Di antara rimbunnya perkebunan teh, diwilayah Selatan Kabupaten Subang memiliki sumber mata air panas yang terus mengalir di daerah Ciater. Sari Ater merupakan tujuan wisata yang sangat terkenal karena ke-khasan-nya dan ramai pada saat liburan terutama pada saat liburan Hari Raya Lebaran. Selain menyediakan kolam pemandian air panas juga memiliki penginapan - penginapan yang terjangkau dan berkualitas, sehingga sangat cocok bagi keluarga yang ingin berlibur. Kemudian juga terdapat sebuah tempat Spa yang letaknya berdekatan dengan obyek wisata Sari Ater. Selain itu Kabupaten Subang memiliki tujuan wisata alam air terjun yang memiliki pemandangan yang sangat indah, yaitu Curug Cijalu. Meskipun masih dikelola secara sederhana, Curug Cijalu memiliki daya tarik yang luar biasa karena curug ini memiliki tujuh curug, namun yang hanya bisa didatangi oleh pengunjung hanya dua, karena letaknya cukup dekat dan curug lainnya berada di tengah-tengah hutan dan cukup jauh, tetapi jika kita ingin melihat ke tujuh curug tersebut bisa saja dan akan menjadi pengalaman yang luar biasa. Ada juga Curug Cileat yang berada di Kecamatan Cisalak dan Curug Cibareuhbeuy yang tak kalah keeksotisannya. Gunung berapi Tangkuban Perahu (su: Tangkuban Parahu) yang memiliki keindahan kawahnya dan udaranya yang sejuk. Di bagian subang tengah terdapat berbagai wisata dari wisata kuliner hingga sejarah dan budaya seperti, Masjid Agung Al-Musabaqoh Subang, Gedung Wisma Karya, Museum Daerah, dan lain sebagainya. Di bagian pesisir utara Subang menyajikan wisata pantai, yakni Pantai Kalapa Patimban Subang yang setiap tahunnya mengadakan Upacara Adat Nadran.
A. Wisata Rekreasi :
- Capolaga Adventure Camp
- Ciater Highland Resort
- Curug Agung/Batu Kapur
- Curug Bentang
- Curug Cibareuhbeuy
- Curug Cijalu
- Curug Cileat
- Desa Wisata Sari Bunihayu
- Desa Adat Wisata Wangunharja
- Kampoeng Jatimas
- Wisata Air Cigayonggong
- Pemancingan Lembah Gunung Kujang
- Sariater Spa Spring Resort
- Gunung Tangkuban Parahu
- Kolam Renang Ciheuleut
- Waterboom Tirta Melati (pagaden)
- Planet Waterboom
- Penangkaran Buaya Blanakan
- Pantai Kalapa Patimban
- Kolam Renang Tirta Citapen
- Curug Cijuhung Dawuan
- Kolam Renang Tirta Galih
B. Wisata Sejarah, Budaya dan Religi :
1. Gedung Wisma Karya, Subang
Gedung ini terletak di Jl. Ade Irma Suryani, Subang. Gedung ini dibangun ketika Masa Penjajahan Belanda. Gedung ini digunakan untuk Berdansa dan berpesta ketika jaman itu. Namun sekarang gedung tersebut digunakan untuk public space dan aktivitas masyarakat Kota Subang. Di Gedung ini juga terdapat Museum Sejarah Kabupaten Subang, salah satunya patung tuan tanah, Willem Hofland
2. Masjid Agung Al-Musabaqoh Subang
3. Gedung Gede / Big House
4. Museum Rumah Sejarah Perjanjian Kalijati
5. Museum Daerah Kabupaten Subang
6. Museum Amerta Dirgantara
7. Makam Raden Aria Wangsa Goparana
C. Wisata Kuliner :
1. Oncom Dawuan
2. Krupuk Miskin Purwadadi
3. Nanas Simadu
4. Olahan Nanas
5. Gepuk
6. Ubi Cilembu
7. R.M. Abah
8. R.M. Mang Yeye
9. Nasi Liwet Mang Aca
10.Nasi Liwet Mang Nana
11.Keripik Pisang 69
12.Rambutan Kalijati
13.R.M. Nangka
KESENIAN :
Subang memiliki beberapa Kesenian yang tidak dimiliki oleh kabupaten/kota lain. Kesenian-kesenian tersebut berkembang di masyarakat Subang sejak Masa Penjajahan dulu.
Berikut Kesenian dan Kebudayaan asli Kabupaten Subang :
- Gotong Singa / Sisingaan
- Ketuk Tilu / Doger
- Gembyung
- Mapag Dewi Sri
- Nadran
- Ruwatan Bumi
- Toleat
- Genjring Bonyok dll
OLAHRAGA :
Subang memiliki klub sepak bola, yang bernama Persikas Subang, yang bermain di Divisi Tiga. Klub ini bermain di Stadion Persikas, Subang. Stadion Persikas juga sering dipakai sebagai training center beberapa tim lainnya di Jawa Barat, seperti Persib Bandung, Persikab Kabupaten Bandung, dan Bandung FC dalam masa pemusatan latihan sebelum memulai kompetisi.
Selain dalam cabang olah raga sepak bola, Kabupaten Subang telah melahirkan atlet-atlet berprestasi dalam cabang olah raga dayung, judo, angkat berat, balap motor, sepak takraw dsb. Dan diantaranya pernah meraih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional XVII di Provinsi Kalimantan Timur.
Langganan:
Postingan (Atom)