Museum Wisma Karya ( Ikon Kota Subang ) |
Kabupaten Subang,
adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Ibu kotanya
adalah Subang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara,
Kabupaten Indramayu di timur, Kabupaten Sumedang di tenggara, Kabupaten
Bandung di selatan, serta Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang di
barat.
Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2007, Wilayah Kabupaten
Subang terbagi menjadi 30 kecamatan, yang dibagi lagi menjadi 245 desa
dan 8 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Subang.
Kabupaten ini
dilintasi jalur pantura, namun ibu kota Kabupaten Subang tidak terletak
di jalur ini. Jalur pantura di Kabupaten Subang merupakan salah satu
yang paling sibuk di Pulau Jawa. Kota kecamatan yang berada di jalur ini
diantaranya Ciasem dan Pamanukan. Selain dilintasi jalur Pantura,
Kabupaten Subang dilintasi pula jalur jalan Alternatif Sadang
Cikamurang, yang mlintas di tengah wilayah Kabupaten Subang dan
menghubungkan Sadang, Kabupaten Purwakarta dengan Tomo, Kabupaten
Sumedang, jalur ini sangat ramai terutama pada musim libur seperti
lebaran. Kabupaten Subang yang berbatasan langsung dengan kabupaten
Bandung disebelah selatan memiliki akses langsung yang sekaligus
menghubungkan jalur pantura dengan kota Bandung. Jalur ini cukup nyaman
dilalui dengan panorama alam yang amat indah berupa hamparan kebun teh
yang udaranya sejuk dan melintasai kawasan pariwisata Air panas Ciater
dan Gunung Tangkuban Parahu
Penduduk Subang
pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai
bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir
penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon).
MASA PRA-SEJARAH
Peninggalan Prasejarah di Subang |
Bukti adanya
kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang
adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden,
Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah
bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten
Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor
pertanian dengan pola sangat sederhana. Selain itu, dalam periode
prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai
dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Kecamatan Sagalaherang. Para
peneliti, sekarang sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, yang diduga
asal-muasal nama "Subang".
MASA PENYEBARAN AGAMA HINDU-BUDHA
Pada saat
berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi
bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama
berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang
diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim
hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan
keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad
ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah
yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah
Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires
seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara
menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah
timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.
hal ini tampak
dengan ditemukannya berbagai perhiasan dan peralatan yang berasal dari
luar negeri, seperti beragam keramik dari China dan Thailand. Penyebaran
agama Hindu – Budha di Subang dapat ditelusuri dari berbagai
peninggalan seperti patung Nandi (Lembu) hasil temuan di Cipancar,
Sagalaherang, patung Dewa Siwa (Maitreya) yang ditemukan di Patok Beusi
dan berbagai peralatan dari logam / kuningan yang biasanya digunakan
pada masa Hindu – Budha.
Gbr. Bokor , Bejana & Patung Dewa Siwa |
Gbr. Patung Nandi ( Lembu ) |
MASA PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Makam Aria Wangsa Goparana ( Kec. Sagalaherang ) |
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana
yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa
Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan Agama
Islam ke berbagai pelosok Subang.
Bukti peninggalan sejarah masa penyebaran Agama Islam di subang di antaranya :
Gbr. Kitab Suci Al-Qur'an Kuno |
Gbr. Keris Wali Songo |
MASA PENJAJAHAN BELANDA
Wisma Karya Tahun 1931 |
Wisma Karya Tahun 1931 ( Tanpa patung Hofland ) |
Rumah Sejarah Kalijati |
Kantor Pamanoekan N'Tjiasem Lands ( skrg Subang Plaza ) |
Pasca runtuhnya
kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P.
Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten,
Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya
menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan
perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik
Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara,
dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang
Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan
Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram
dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden,
Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara
turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816)
konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa.
Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah
yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en
Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan
sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan
Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai
212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di
daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi
onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang
kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di
Subang. Sekitar tahun 1840 Hofland menjadi salah satu pemilik tanah P
& T Lands. Pada tahun 1858 seluruh tanah partikelir P & T Lands
menjadi miliknya. Kemudian pemerintah Hindia Belanda memberikan
kekuasaan untuk mengankat pejabat pemerintah partikelir yang di sebut
Demang pada tanggal 18 Agustus 1858. Dengan demikian Subang di bagi
menjadi 8 Kademangan saat itu, yaitu kademangan Batu Sirap (Cisalak),
Ciherang (Wanareja), Sagalaherang, Pagaden, Pamanukan, Ciasem, Malang
(Purwadadi) dan Kalijati. Dalam upaya untuk mengeklusifkan diri di tanah
jajahan, Hofland kemudian mendirikan gedung yang diberinama Societiet
(Wisma Karya sekarang). Sekitar tahun 1929 gedung ini direnovasi dan
diresmikan oleh Mrs. W.H. Daukes. Awalnya gedung ini didirikan sebagai
tempat bersosialisasi para pejabat P & T Lands, tempat pertunjukan,
tempat bilyard, bowling dan golf. Benda peninggalan sejarah pada masa pendudukan Belanda selain gedung-gedung di atas tadi ada diantaranya :
Senjata dan alat-alat Perang |
Patung Hofland ( dulunya dpn Wisma Karya ) di buat thn 1878 |
Lukisan kota Subang tempo dulu (1) |
Lukisan kota Subang tempo dulu (2) |
MASA NASIONALISME
PNI SUBANG didirikan Tahun 1930 |
NU CABANG SUBANG didirikan Tahun 1935 |
Tidak banyak
catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang.
Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di
Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap
(Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928
berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor
pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T
Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan
pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas
percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng
Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng
Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia
yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935
mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan
Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta
menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar
GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI
Pusat.
MASA PENJAJAHAN JEPANG
Seragam Tentara Jepang ( masa Penjajahan ) |
Tentara Jepang |
Tentara Jepang |
Slogan Penjajahan Jepang : 3 A |
Pendaratan tentara
angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942
berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya
pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan
Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara
Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda
di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para
pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui
gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru
Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara
Jepang.
MASA KEMERDEKAAN INDONESIA
Pengibaran sang Saka Merah-Putih ( 17 Agustus 1945 ) |
Proklamator RI : Soekarno-Hatta |
Proklamasi
Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan
perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API,
Pesindo, Lasykar buruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan
perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL
kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui
dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri
dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang.
Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi
perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur
Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946
diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya.
Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa
gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh
meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para
pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan
Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara
meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan
Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke
wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5
April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat
memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang
berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur
menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta
Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat
dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah
wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu,
kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibu kotanya
Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada Tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No: 01/SK/DPRD/1977. Secara Aklamasi R. Atju Syamsudin
diangkat menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Purwakarta di Subang.
Pelantikan Atju dilaksanakan pada tanggal 25 Januari 1967. Namun setelah
dikeluarkannya UU. No. 4 Tahun 1968 yang membagi Kabupaten Purwakarta
menjadi dua, yaitu Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang. R. Atju
Syamsudin otomatis menjadi Bupati Kepala Daerah Kabupaten Subang pertama
pada Masa Orde Baru.
Berdasarkan
Undang-undang No. 4 tahun 1968, Kabupaten Purwakarta, yang dibagi
menjadi dua kabupaten yaitu, Kabupaten Purwakarta & Kabupaten
Subang. Berikut ini adalah daftar bupati yang pernah menjabat di
Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Inilah Bupati Subang dari masa ke masa :
Bupati Subang dari masa ke masa |
Lambang Kabupaten Subang Moto: Karya Utama Satya Nagara, Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju | |
Kebun Teh Ciater, Curug Cijalu, Gedung Wisma Karya, Alun-alun & Masjid Agung, Rumah Dinas Bupati Subang | |
Peta lokasi Kabupaten Subang Koordinat: 107” 31’ - 107” 54’ bujur timur dan 6” 1’ - 6” 49’ lintang selatan | |
Provinsi | Jawa Barat |
Hari jadi | 5 April 1948[1] |
Dasar hukum | Undang-undang No. 4 Tahun1968 |
Ibu kota | Subang |
Pemerintahan | |
- Bupati | H.Ojang Sohandi, S.S.T.P., M.Si. |
- DAU | Rp. 1.032.567.532.000.-(2013)[2] |
Luas | 2.051,76 km2 |
Populasi | |
- Total | 1,501,647 jiwa (2012)[3] |
- Kepadatan | 0 jiwa/km2 |
Demografi | |
- Kode area telepon | 0260 |
Pembagian administratif | |
- Kecamatan | 30 |
- Kelurahan | 245/8 |
- Situs web | www.subang.go.id |
IKLIM
Tingkat kemiringan dan Iklim dilihat dari tingkat kemiringan lahan, sekitar 80.80 % wilayah Kabupaten memiliki tingkat kemiringan 0° - 17°, 10.64 % dengan tingkat kemiringan 18° - 45° sedangkan sisanya (8.56 % memiliki kemiringan di atas 45 °. Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis, dalam tahun 2005 curah hujan rata-rata pertahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari. Dengan iklim yang demikian, serta ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai, menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang digunakan untuk Pertanian.
GEOGRAFI
Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian selatan wilayah Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah Kabupaten Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang mengarah langsung ke Laut Jawa. Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun perkebunan rakyat, hutan dan lokasi Pariwisata. Pada bagian tengah wilayah kabupaten Subang berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan dibidang pertanian dan pabrik-pabrik dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah Kabupaten Subang berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta pantai.
TOFOGRAFI
Berdasarkan tofografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3 zona, yaitu :
Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan)
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.
Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah)
Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.
Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara)
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
TRANSFORTASI
Kabupaten Subang dilewati jalur utama pada wilayah Utaranya dan dimanfaatkan juga sebagai jalur alternatif untuk ke Bandung, Cirebon atau Tasikmalaya. Lintas Subang - Bandung melalui Kalijati semakin diminati para pengemudi karena jalannya yang halus dan bebas hambatan apalagi setelah dibukanya Gerbang Tol Keluar di daerah Sadang. Persimpangan Jalancagak merupakan persimpangan strategis karena dari persimpangan tersebut dapat menjangkau Bandung - Sumedang - Sadang melalui Wanayasa dan Kota Subang sendiri. Bila dilihat dari pola jaringan jalan yang ada, aksesibilitas jaringan jalan di kabupaten subang bersifat sentris, dimana pergerakan antar wilayah yang berseberangan akan melewati ibu kota Kabupaten Subang yang berada pada pusat wilayah kabupaten subang secara keseluruhan. Hal ini sebenarnya merupakan potensi positif bagi kota subang sebagai pusat dari CBD kabupaten subang dalam upaya pengembangan daerah, namun disisi lain akumulasi dampak negatif muncul ketika tingkat pengelolan jaringan jalan sebagai aksesibilitas pergerakan relatif rendah juga faktor kondisi prasarana jalan dibeberapa segmen ruas jalan di kota yang masih dalam kondisi rusak secara strukural. masih kurang nya apresiasi masyarakat sekitar terhadap tingkat kinerja aksesibilitas yang dimiliki akan berdampak negatif terhadap pengembangan daerah secara keseluruhan, hal ini terlihat pada tingkat kepedulian masyarakat terhadap kondisi jaringan jalan bilamana jalan tersebut dalam keadaan butuh perbaikan masih relatif rendah, ditambah lagi dengan upaya penanganan pemerintah daerah yang dinilai sangat lamban terhadap kondisi serupa. Tema "Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju" diharapkan akan menjadi pemicu semangat Pemerintah Daerah sebagai pengelola sekaligus warga subang secara keseluruhan dalam merealisasikan cita-cita luhur Kabupaten Subang khususnya dalam upaya pengelolaan di atas. Secara kuantitas maupun kualitas, kondisi angkutan umum di kota subang belum mampu mengakomodir mobilitas masyarakat subang, hal ini disebabkan keterbatasan trayek/rute dari angkutan kota yang belum menjangkau kawasan padat penduduk secara keseluruhan yang mendorong masyarakat lebih memilih untuk menggunakan sarana transportasi pribadi dibandingkan angkutan umum. Efek negatif dari kondisi tersebut sudah terlihat, dimana pada beberapa ruas khususnya jalan pemukiman intensitas kemacetan menjadi lebih tinggi. hal ini perlu perhatian lebih serius guna mengantisipasi situasi yang lebih parah lagi di kemudian hari. Dengan belajar dari daerah lain yang jauh lebih maju, konsekuensi dari kondisi ini akan mahal harganya jika tidak ditangani sejak dini.
PENDUDUK
Penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2012 berjumlah 1.501.647 orang, yang terdiri atas 759.408 orang laki-laki dan 742.239 orang perempuan dengan pertumbuhan penduduk sebesar 0,64%. sedangkan Laju Pertumbuhan Penduduk antar Sensus (SP2000-SP2010) rata rata pertahun sebesar 0,97%. Dengan luas Kabupaten Subang sebesar 2051,76 km2, maka tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Subang pada tahun 2012 mencapai 732 jiwa/km2. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Subang masih relatif rendah, merupakan indikasi bahwa Kabupaten Subang bukan merupakan daerah tujuan urbanisasi. Kebijakan pemerintah yang memposisikan Kabupaten Subang sebagai salah satu lumbung padi Jawa Barat, juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk serta kepadatan penduduk di wilayah ini. Penduduk berjumlah besar sekaligus berkualitas merupakan modal pelaksanaan pembangunan dan potensi bagi peningkatan pembangunan di segala bidang. Namun penduduk yang berjumlah besar tanpa diupayakan pengembangan kualitasnya akan menjadi beban bagi pembangunan yang seharusnya dinikmati oleh keseluruhan penduduk tersebut. Penduduk Subang pada umumnya adalah Suku Sunda, yang menggunakan Bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari. Namun demikian sebagian kawasan di pesisir penduduknya menggunakan Bahasa Jawa Dialek Cirebon (Dermayon)
Pertumbuhan penduduk selalu dipengaruhi oleh faktor tingkat kelahiran/kematian dan migrasi (perpindahan penduduk antar kabupaten). Untuk menghindari permasalah yang kompleks akibat tingginya kepadatan penduduk maka pengendalian penduduk melalui berbagai cara yang tepat tentunya harus dilakukan. Laju urbanisasi yang tinggi yang mengakibatkan permasalahan sosial di daerah perkotaan juga harus ditekan, karena selain menimbulkan masalah sosial di daerah perkotaan, urbanisasi juga meninggalkan ruang kosong dipedesaan (banyak lahan garapan yang tidak tergarap secara optimal dan berkurangnya sumber daya manusia berkualitas di pedesaan).
Tahun Jumlah penduduk
2000 1.329.838
2010 1.465.157
2012 1.501.647
Sumber : Kependudukan di Kabupaten Subang
PEREKONOMIAN
Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan utama sebagai petani dan buruh perkebunan, maka perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan Kebun Teh yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita temui di sepanjang Jalancagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa - Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas, keripik singkong dan selai yang merupakan hasil home industry yang dapat dijadikan makanan oleh-oleh.
Melalui program binaan dibawah naungan Yayasan Kandaga, para petani sedang membudidayakan jamur tiram dan perikanan di desa Cipunagara. Sedangkan di desa Cibogo, selain membudidayakan jamur tiram dan tanaman hias serta tanaman nilam, Yayasan Kandaga juga menggalakkan ternak kelinci dan penyulingan minyak nilam serta bioetanol. Dan saat ini sedang diupayakan untuk membudidaya ternak kelinci, budidaya ternak lele bagi masyarakat yang memiliki sosial ekonomi kurang beruntung yang terlibat di dalam Program Kesetaraan (Program Paket B) dan Keaksaraan (PBH=Pemberantasan Buta Huruf) dalam rangka menggali dan mengembangkan sumber daya lokal baik SDM maupun SDA yang ada serta untuk melestarikan budaya bangsa dan mengembangkan wisata budaya wisata agro sebagai aset bangsa khususnya di daerah tutugan G. Canggah yang berada diketinggian 1600 mdpl dengan dikelilingi panorama yang sangat mengagumkan. Sebagai akselerasi dan penggerak program di atas, Yayasan Kandaga membuat suatu pusta pelatihan dan Pemberdayaan masyarakat yang disebut PLPM Haur Kuning (Pusat Latihan dan Pemberdayaan Masyarakat "Hayu Urang Kumpul Ningkatkeun Elmu"). Hingga saat ini sudah seringkali dikunjungi dari negara Amerika Serikat, Korea Selatan/Korea Utara dan Jerman, termasuk dari tim akademisi perguruan tinggi lokal serta para praktisi dari seluruh Indonesia dari Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan Non-Formal)
PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan modal dasar pembangunan. karena pelaksanaan pembangunan tidak cukup mengandalkan kepada sumber daya alam (SDA) saja, tetapi juga harus meningkatkan sumber daya manusianya (SDM). Suatu wilayah yang mempunyai kepadatan yang tinggi tanpa dibarengi dengan mutu SDM yang tinggi maka akan menimbulkan kerawanan sosial atau bahkan penduduk tersebut akan menjadi beban pembangunan. Jalur yang paling realistis untuk meningkatkan SDM adalah jalur pendidikan. Sejak tahun 1994 Pemerintah telah melakukan kebijakan untuk perbaikan dunia pendidikan yaitu dengan dicanangkannya Program Wajib Belajar sembilan tahun. Tentunya hal tersebut merupakan hal yang menggembirakan karena kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang setinggi – tingginya bagi seluruh rakyat semakin terbuka. Perkembangan mutu pendidikan penduduk Kabupaten Subang salah satunya dapat dilihat dari kemampuan baca/tulis, pendidikan yang ditamatkan dan lain-lain.
Dari hasil survei IPM tahun 2012 dapat diperoleh gambaran bahwa penduduk 10 tahun ke atas di Kabupaten Subang yang dapat membaca dan menulis huruf latin sebesar 91.43%, huruf lainnya 0.27%, sedangkan yang tidak dapat membaca dan menulis sebesar 8.30&. Bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk Kabupaten Subang masih terbesar di tamatan SD/MI sebesar 39.25%, SLP/MTs sederajat 19.48%.
Pendidikan formal :
*SD atau MI negeri dan swasta : 850 Gedung Sekolah
*SMP atau MTs negeri dan swasta : 81 Gedung Sekolah
*SMA, SMK atau MA negeri dan swasta : 38 Gedung Sekolah
*Perguruan tinggi : 4 Gedung Universitas
KESEHATAN
Mewujudkan masyarakat yang sehat, tanpa membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan merupakan salah satu tujuan dari pembangunan nasional. Adanya keterbatasan dana, sarana, dan prasarana pemerintah, dalam pelaksanaannya, pembangunan kesehatan disusun berdasarkan prioritas-prioritas utama yang akan dicapai. Karena itu hasilnya mungkin tidak dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Subang telah melakukan berbagai macam upaya dalam melakukan peningkatan kesehatan masyarakat. Terutama peningkatan kesehatan masyarakat miskin dengan pemberlakuan Jamkesmas, Jamkesda, dan jaminan lainnya
PARIWISATA
Di antara rimbunnya perkebunan teh, diwilayah Selatan Kabupaten Subang memiliki sumber mata air panas yang terus mengalir di daerah Ciater. Sari Ater merupakan tujuan wisata yang sangat terkenal karena ke-khasan-nya dan ramai pada saat liburan terutama pada saat liburan Hari Raya Lebaran. Selain menyediakan kolam pemandian air panas juga memiliki penginapan - penginapan yang terjangkau dan berkualitas, sehingga sangat cocok bagi keluarga yang ingin berlibur. Kemudian juga terdapat sebuah tempat Spa yang letaknya berdekatan dengan obyek wisata Sari Ater. Selain itu Kabupaten Subang memiliki tujuan wisata alam air terjun yang memiliki pemandangan yang sangat indah, yaitu Curug Cijalu. Meskipun masih dikelola secara sederhana, Curug Cijalu memiliki daya tarik yang luar biasa karena curug ini memiliki tujuh curug, namun yang hanya bisa didatangi oleh pengunjung hanya dua, karena letaknya cukup dekat dan curug lainnya berada di tengah-tengah hutan dan cukup jauh, tetapi jika kita ingin melihat ke tujuh curug tersebut bisa saja dan akan menjadi pengalaman yang luar biasa. Ada juga Curug Cileat yang berada di Kecamatan Cisalak dan Curug Cibareuhbeuy yang tak kalah keeksotisannya. Gunung berapi Tangkuban Perahu (su: Tangkuban Parahu) yang memiliki keindahan kawahnya dan udaranya yang sejuk. Di bagian subang tengah terdapat berbagai wisata dari wisata kuliner hingga sejarah dan budaya seperti, Masjid Agung Al-Musabaqoh Subang, Gedung Wisma Karya, Museum Daerah, dan lain sebagainya. Di bagian pesisir utara Subang menyajikan wisata pantai, yakni Pantai Kalapa Patimban Subang yang setiap tahunnya mengadakan Upacara Adat Nadran.
A. Wisata Rekreasi :
- Capolaga Adventure Camp
- Ciater Highland Resort
- Curug Agung/Batu Kapur
- Curug Bentang
- Curug Cibareuhbeuy
- Curug Cijalu
- Curug Cileat
- Desa Wisata Sari Bunihayu
- Desa Adat Wisata Wangunharja
- Kampoeng Jatimas
- Wisata Air Cigayonggong
- Pemancingan Lembah Gunung Kujang
- Sariater Spa Spring Resort
- Gunung Tangkuban Parahu
- Kolam Renang Ciheuleut
- Waterboom Tirta Melati (pagaden)
- Planet Waterboom
- Penangkaran Buaya Blanakan
- Pantai Kalapa Patimban
- Kolam Renang Tirta Citapen
- Curug Cijuhung Dawuan
- Kolam Renang Tirta Galih
B. Wisata Sejarah, Budaya dan Religi :
1. Gedung Wisma Karya, Subang
Gedung ini terletak di Jl. Ade Irma Suryani, Subang. Gedung ini dibangun ketika Masa Penjajahan Belanda. Gedung ini digunakan untuk Berdansa dan berpesta ketika jaman itu. Namun sekarang gedung tersebut digunakan untuk public space dan aktivitas masyarakat Kota Subang. Di Gedung ini juga terdapat Museum Sejarah Kabupaten Subang, salah satunya patung tuan tanah, Willem Hofland
2. Masjid Agung Al-Musabaqoh Subang
3. Gedung Gede / Big House
4. Museum Rumah Sejarah Perjanjian Kalijati
5. Museum Daerah Kabupaten Subang
6. Museum Amerta Dirgantara
7. Makam Raden Aria Wangsa Goparana
C. Wisata Kuliner :
1. Oncom Dawuan
2. Krupuk Miskin Purwadadi
3. Nanas Simadu
4. Olahan Nanas
5. Gepuk
6. Ubi Cilembu
7. R.M. Abah
8. R.M. Mang Yeye
9. Nasi Liwet Mang Aca
10.Nasi Liwet Mang Nana
11.Keripik Pisang 69
12.Rambutan Kalijati
13.R.M. Nangka
KESENIAN :
Subang memiliki beberapa Kesenian yang tidak dimiliki oleh kabupaten/kota lain. Kesenian-kesenian tersebut berkembang di masyarakat Subang sejak Masa Penjajahan dulu.
Berikut Kesenian dan Kebudayaan asli Kabupaten Subang :
- Gotong Singa / Sisingaan
- Ketuk Tilu / Doger
- Gembyung
- Mapag Dewi Sri
- Nadran
- Ruwatan Bumi
- Toleat
- Genjring Bonyok dll
OLAHRAGA :
Subang memiliki klub sepak bola, yang bernama Persikas Subang, yang bermain di Divisi Tiga. Klub ini bermain di Stadion Persikas, Subang. Stadion Persikas juga sering dipakai sebagai training center beberapa tim lainnya di Jawa Barat, seperti Persib Bandung, Persikab Kabupaten Bandung, dan Bandung FC dalam masa pemusatan latihan sebelum memulai kompetisi.
Selain dalam cabang olah raga sepak bola, Kabupaten Subang telah melahirkan atlet-atlet berprestasi dalam cabang olah raga dayung, judo, angkat berat, balap motor, sepak takraw dsb. Dan diantaranya pernah meraih medali emas pada Pekan Olahraga Nasional XVII di Provinsi Kalimantan Timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar